Featured Image Kementerian Kebudayaan

Makam Tujuh Troloyo

Makam Tujuh berada di wilayah Kepurbakalaan Tralaya yang menjadi bagian perkuburan Islam Kuna di era Majapahit. Tralaya sendiri menurut Prof. Poerwadarminto, berasal dari kata ‘setra’ (tegal/tanah lapang) dan ‘pralaya’ (rusak/mati) yang berarti tanah lapang untuk orang mati (perkuburan/makam). Makam tujuh (bahasa Jawa: makam pitu) berada di atas lahan seluas 15 x 7 meter dilengkapi pagar pembatas berbahan bata, dan bagian atapnya berbahan seng dilengkapi tiang kayu sebagai penyangga.

Ketujuh makam terbagi ke dalam dua deret di antaranya lima makam di sisi utara dan dua makam di sisi selatan. Nama-nama yang dimakamkan di sisi utara yakni pangeran Noto Suryo, Noto Kusumo, Gajah Pramodo, Sabdo Palon, dan Noyo Genggong, sedang di sisi selatan bernama Polo Putra dan Eman Kinasih. Beberapa inskripsi dan ukiran yang dapat teridentifikasi pada ketujuh makam tersebut terbagi sebagai berikut :

Makam Pangeran Noto Suryo

Nisan bagian kepala luar terdapat inskripsi arab sebanyak 3 baris bertuliskan Lā ilāha il allāhu Muhammadu rasūlu allāhu yang artinya “tiada Tuhan…… Allah Nabi Muhammad adalah Utusan Allah”. Selain itu, nisan kepala bagian dalam terdapat ukiran sinar matahari (surya) dengan bagian bawahnya terdapat pahatan angka tahun saka yaitu 1397 Caka (1475 M).

Makam Patih Noto Kusumo

Nisan bagian kaki luar terdapat inskripsi arab bertuliskan Lā ilāha il allāhu Muhammadu rasūlu allāhu yang artinya sama dengan nisan di makam Pangeran Noto Suryo yakni “tiada Tuhan…… Allah Nabi Muhammad adalah Utusan Allah”. Nisan kaki bagian dalam terlihat ukiran sinar matahari yang di tengahnya dilengkapi bunga teratai, sedang di bawah pahatan motif sinar matahari terdapat inskripsi angka tahun 1349 Saka (1427 M).

Makam Gajah Pramodo

Bagian kepala nisan sisi luar terdapat inskripsi arab yang sama dengan makam poin 1 dan 2 yakni Lā ilāha il allāhu Muhammadu rasūlu allāhu yang artinya sama dengan nisan di makam Pangeran Noto Suryo yakni “tiada Tuhan…… Allah Nabi Muhammad adalah Utusan Allah”. Nisan bagian kepala sisi dalam terlihat pula ukiran sinar matahari dilengkapi ukiran bunga teratai di bagian tengah. Bagian bawah motif sinar matahari terdapat angka tahun 1399 Saka (1477 M).

Makam Naya Genggong

Nisan bagian kepala sisi luar terdapat inskripsi arab bertuliskan Kullu nafsin dhā, iqātul mawti yang artinya “tiap-tiap yang bernyawa pasti mengalami kematian”. Nisan bagian kepala sisi dalam terdapat ukiran sinar matahari yang di tengahnya dilengkapi ukiran bunga teratai. Bagian bawah motif sinar matahari terdapat ukiran angka tahun namun kondisi telah aus (tidak teridentifikasi).

Selain makam tersebut di atas, makam lainnya tidak terlihat adanya inskripsi angka tahun, namun masih memperlihatkan ukiran sinar matahari (surya). Peninggalan makam Tujuh Tralaya dilengkapi hiasan sinar matahari dan kalimat toyyibah berangka tahun Saka tersebut, mengindikasikan adanya hubungan ataupun interaksi kerajaan Majapahit dengan penganut Islam kala itu.

Sumber Rujukan

Mash’ud, Imam. 2014. Kepurbakalaan Islam Zaman Majapahit di Trowulan : Studi Tentang Adaptasi Kultural antara Kalimat Toyyibah dengan Hiasan Matahari pada Situs Kubur Pitu. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel : Surabaya.